Sabtu, 07 Februari 2015

Bilang "Jancok" dianggap buruk?

MOHON MAAF BAGI YANG TIDAK BERKENAN 




Jancok, Dancok, atau disingkat menjadi Cok (juga ditulis Jancuk atau Cuk, Ancok atau Ancuk). Tabu untuk diucapkan kan ya?.

Menurut Kamus Daring Universitas Gadjah Mada , “jancuk, jancok, diancuk, diancok, cuk, atau cok" memiliki makna “sialan, keparat, brengsek (ungkapan berupa perkataan untuk mengekspresikan kekecewaan atau bisa juga digunakan untuk mengungkapkan ekspresi keheranan pada suatu hal yang luar biasa)”.

Salah satu versi asal-mula kata “Jancuk” berasal dari Bahasa Arab kata Da’Suk. Da’ artinya “meninggalkanlah kamu”, dan assyu’a artinya “kejelekan”, digabung menjadi Da’Suk yang artinya “tinggalkanlah keburukan”. Kata tersebut diucapkan berubah logat menjadi “Jancok”.

Versi lain menyebutkan bahwa kata “Jancuk” berasal dari kata kerja “ngencuk”. Kata encuk merupakan bahasa Jawa yang memiliki arti “berhubungan badan”, terutama yang dilakukan di luar nikah, dalam bahasa inggris seperti "fuck". Kata tersebut akhirnya berubah menjadi “Dancuk” dan terakhir berubah menjadi “Jancuk” atau “Jancok”.

Sujiwo Tedjo mengatakan :
“Jancuk” itu ibarat sebilah pisau. Fungsi pisau sangat tergantung dari user-nya dan suasana psikologis si user. Kalau digunakan oleh penjahat, bisa jadi senjata pembunuh. Kalau digunakan oleh seorang istri yang berbakti pada keluarganya, bisa jadi alat memasak. Kalau dipegang oleh orang yang sedang dipenuhi dendam, bisa jadi alat penghilang nyawa manusia. Kalau dipegang orang yang dipenuhi rasa cinta pada keluarganya bisa dipakai menjadi perkakas untuk menghasilkan penghilang lapar manusia. Begitupun “jancuk”, bila diucapkan dengan niat tak tulus, penuh amarah, dan penuh dendam maka akan dapat menyakiti. Tetapi bila diucapkan dengan kehendak untuk akrab, kehendak untuk hangat sekaligus cair dalam menggalang pergaulan, “jancuk” laksana pisau bagi orang yang sedang memasak. “Jancuk” dapat mengolah bahan-bahan menjadi jamuan pengantar perbincangan dan tawa-tiwi di meja makan. (Sujiwo Tedjo, 2012, halaman x)
Jancuk merupakan simbol keakraban. Simbol kehangatan. Simbol kesantaian. Lebih-lebih di tengah khalayak ramai yang kian munafik, keakraban dan kehangatan serta santainya “jancuk” kian diperlukan untuk menggeledah sekaligus membongkar kemunafikan itu. (Sujiwo Tejo, 2012 : 397)

Gimana menurut kamu? Meskipun identik dengan emosi anarki, "Jancok" tidak selalu menjadi ungkapan yang kasar, tergantung maksud orang yang menggunakannya. Meski begitu, bukan brarti kita seenaknya ngomong "Joncak-Jancuk" sana sini. Nggak semua orang bisa terima sama perkataan seperti itu.

Harapan saya, janganlah dengan mudah mencerna jika seseorang yang mengatakan "Jancok" berarti memiliki lisan yang buruk. Pahami dulu sikon dan emosionalnya. Beberapa wilayah di Jawa menggunakannya sebagai simbol keakraban. Mungkin saja pelaku ingin mencoba akrab dengan kamu. Nah, untuk cerminan diri sendiri juga. Bila kamu tidak bisa menerima seseorang yang terbiasa menyisipkan kata "Jancok" dalam kalimatnya, janganlah kamu berkata kasar dengan orang lain.

Kamu membenci kata "Jancok" karna kamu anggap itu perkataan yang kasar. Berarti jika kamu berkata kasar pada orang lain, itu sama aja dengan kamu bilang "Jancok". Hhaha....

MOHON MAAF JIKA PERKATAAN SAYA TELAH MENYINGGUNG PERASAAN ANDA

Thanks For : http://id.wikipedia.org

0 komentar:

Posting Komentar

Welcome

Delete this widget from your Dashboard and add your own words. This is just an example!

Ipsum

Lorem

Dolor