ini tentang "flower-pen"
setelah selesai berjaga di pameran, aku pergi ke Tioly-Obras.
aku membeli beberapa utas tali untuk mengganti kalungku yang sedikit rapuh.
sambil menunggu si tante mengambil tali yang aku cari,
dietalase paling atas, flower-pen yang sering kalian mainkan sedang dipajang disana.
aku akan membelinya,
seseorang itu, mungkin akan menyukai hal-hal imut semacam ini.
aku mengambil satu yang sederhana. Seperti batang dan daunnya berwarna hijau, dengan merah pada bunganya.
satelah si tante menghitung sana-sini,
bahkan aku telah membayarkan jumlahnnya,
aku menemukan sesuatu yang menyala.
sangat cantik, sedang berdiri dibelakang punggung si tante.
warnanya lebih indah dari yang telah kubayar, bahkan bentuknya juga lebih bagus.
karna aku telah terhipnotis olehnya, aku ingin membawa yang itu saja.
sebelum si tante memasukkan semuanya kedalam kantung hitam,
aku segera menghentiknya,
"maaf, tante saya boleh tukar bolpoin ini dengan yang disana itu?"
beliau memberi penawaran,
"tapi yang ini tintanya mati lo.. apa tintanya mau ditukar sekalian?"
tanpa berfikir lama aku meng"iya"kannya.
kemudian si tante membantuku menukar tintanya.
bahkan beliau menginjinkan aku mencobanya.
normal, sepertinya juga tidak ada masalah dengannya.
ia telah masuk kedalam kantung hitam, dan aku bergegas membawanya pulang.
setelah berada dirumah, aku berjalan keruanganku dan ingin segera memandanginya.
dan apa yang aku temukan?
tutupnya tidak bisa terpasang dengan benar.
karet yang berada dipangkal tutupnyapun sudah tidak merekat lagi.
tabung diantara tinta dan batang bolpoin cepat-cepot, alias kedodoran.
bahkan kalau saja si tante tidak mengatakan jika tintanya mati, flower-pen ini benar-benar tak berguna.
astaga... aku hampir saja berfikir jika aku telah membeli sebuah sampah.
bagaimana bisa aku akan memberikan benda hancur seperti ini kepada orang lain?
andai bukan ini yang kubawa pulang, tapi pilihan pertamaku.
mungkin saja dia lebih baik dari yang ini,
toh tadi aku sudah membayarnya, artinya dia telah menjadi milikku.
kenapa aku rela menukarmu dengan barang tak berguna seperti ini?
sepele bukan. sungguh disesalkan.
bagaima jika yang kau hadapi bukan flower-pen, tapi manusia?
dan bagaimana cara menghadapi penyesalanmu?
ini tentang flower-pen.
benda kecil yang tak seberapa harganya, telah mampu membuatku patah hati.
jadi..
jangan nilai orang lain hanya dari fisiknya, bagaimana dengan hatinya.
atau kau akan menyesal sepertiku,
ketika kau mencintai seseorang KARENA ia begitu indah, itu bukan cinta. itu nafsu.
dan ketika kau menemukan orang yang bukan siapa-siapa dapat membuatmu sungguh bersemangat dan bahagia,
itu artinya kau harus menghargai bagaimana ia menghargaimu juga
Selasa, 10 Maret 2015
Selasa, 03 Maret 2015
Aku Peliharaan Milikmu
Apa menurutmu aku tidak selalu berbaik hati?
Setiap hari, kau memanggilku dengan apa?
Bukankah apapun yang kau gunakan untuk memanggilku, aku
selalu datang menghampirimu?
Bahkan jika hal terhinapun yang kau gunakan, aku selalu
datang.
Aku sangat mencintaimu kan? Kau harusnya tau itu.
Saat kau tak ada dirumah, aku akan menunggu.
Aku bernyanyi
Aku bermain dengan kainmu dilantai
Aku berbincang-bincang dengan diriku sendiri
Jika kau tidak pulang sore ini, aku tetap menunggu.
Aku memasang telingaku tajam-tajam berharap langkah kakimu
mendekat dan membuka pintu itu
Dan ketika kau tiba, aku sungguh senang sekali,
Sambil berlairi-lari kecil
Mengikutimu kemanapun kau berjalan
Duduk disampingmu saat kau sedang duduk
Tidur disampingmu saat kau sedang tidur
Dan ketika kau tak memperhatikanku, aku akan menjaga jarakku
dan main dengan diriku sendiri
Aku tau kau sadar, meski aku sedang bermain, aku tetap saja
melihat kearahmu
Aku selalu memperhatikanmu
Begitu juga saat kau tertidur, aku akan menyusup naik dan
tidur disampingmu
Terkadang kau melirikku sejenak, kemudian tidur lagi
Aku masih tetap terjaga
Aku selalu memperhatikanmu
Aku merasa aman jika kau ada disini
Aku suka melihatmu bingung karna aku,
Aku akan naik ketempat yang gelap, dan tersembunyi
Disaat kau tak menyadari aku sedang disana, kau mulai merasa
resah.
Berkeliling kesana-kemari, memanggilku penuh harap.
Lucu sekali sepertinya, dan aku tetap tenang dan
memandangimu yang memikirkan aku.
Hari demi hari aku makin mencintaimu, tapi kau tidak.
Semakin dewasanya aku, semakin aku setia kepadamu.
Aku enggan dengan mereka yang asing berusaha mendekat
padaku.
Tentu saja aku akan berlari sekuat tenaga untuk bersembunyi
dibelakangmu.
Suatu hari ketika salah seorang yang asing ingin menukarkan
uang tebal mereka denganku
Kau dengan mudah menyetujuinya
Kemudian kau peluk aku dan mengatakan, “maaf aku sedang
butuh uang lain waktu jika ada kesempatan aku akan mengunjungimu.”
Orang asing itu segera membawaku pergi jauh darimu
Rumah baru yang ku tinggali, lebih besar dari rumahmu.
Tetap saja aku tak ingin disini
Begitu terang dan berisik
Aku ingin disana bersamamu,
Tenang, dan hanya ada kita berdua
Aku bersembunyi setiap hari, aku tak ingin mereka
menyentuhku
Aku juga tidak makan makanan yang mereka sediakan setiap hari
untukku
Aku ingin pulang.
Jemputlah aku,
Apa kau tak merindukanku?
Aku tunggu setiap hari hingga kau datang dari pagar itu
Aku menangis sayang
Sadarilah, siapa yang membutuhkan siapa?
Mari kita jelajahi mulai awal
Aku selalu mengikutimu, aku menunggumu pulang
Aku merindukanmu, aku menghawatirkanmu
Mungkin dimatamu, akulah yang membutuhkan dirimu
Memanggilmu setiap detik setiap menit
Memberiku makan pagi dan sore
Membersihkan telinga dan kukuku diakhir minggu
Vitamin ini dan itu.
Apa aku sungguh merepotkan?
Aku sungguh membutuhkanmu, iya kan?
Apa kau lupa?
Kau yang mengadopsiku sejak kecil sayang.
Aku masih sangat menggemaskan.
Dan dulu kau sangat mencintaiku.
Kau yang menginginkanku ada bersamamu
Bukankah itu artinya, kaulah yang membutuhkan aku?
Kau membutuhkan aku!
Apa kau tidak ingat?
Dan kemudian dengan waktu, kau membalikan keadaan dengan
membuatku membutuhkanmmu.
Sekuat apapun aku berteriak, kau tak akan pernah mengerti.
Aku selalu bilang,
Aku mencintaimu!
Tapi yang keluar dari mulutku hanyalah,
“Meoong!”
Kamis, 12 Februari 2015
Mawar Miliknya
Malam ini, udara diluar sangatlah dingin
Aku melihat keluar jendela
Aku ingin pergi keluar, tapi aku tak yakin ingin kemana
Beberapa temanku membuat acara, menghabiskan malam mereka
hingga pagi bersama
Aku enggan untuk bergabung
Meski aku berada didalam percakapan ramai mereka, aku tetap
sendirian
Jadi aku putuskan aku dirumah saja, kemudian aku berlari
keruang tengah
Kakekku itu,
Dia melamun, melihat api yang melambai-lambai didalam
perapian
Sepertinya sudah bertahun-tahun ia tetap duduk disini
Kursi yang bersamanya tak lebih muda darinya
Meskipun ia sedang bersandar, tetap saja terlihat sedang
membungkuk
Aku duduk dilantai, tepat didepan perapian
Disini rasanya seperti terbakar
“apa kau tidak kepanasan?” aku membukanya
Ia hanya melirik kearahku, kemudian berpaling pada para api
yang membara disana
“merah itu, bukankah tak ada yang bisa membuatmu merasa
panas seperti ini selain dia?”
Beberapa detik aku pandangi wajahnya, sepertinya sekalipun
ia tak pernah berkedip
Aku hanya menduga-duga, apa yang ada dipirannya
Tiba-tiba saja aku ingat sesuatu,
Dia pernah mengatakan padaku, jika aku adalah mawar miliknya
yang sangat berharga
Namun dihari kemudian setelah ia mengatakannya, aku melihat
ia menangis
Jantungku berdetak lebih cepat dari pada tadi
Siapkah aku untuk menanyakannya?
Aku benar-benar tak ingin melukai perasaannya
Tapi aku sungguh ingin tahu
Jadi aku,
“apa kau ingat tentang mawar?”
Ia tak melihatku, ekspresi wajahnya berubah
Aku ketakutan hingga ingin menangis
“mawar ya? Apa kau ingin mendengarnya?”
Lubang yang mengganggu hatiku, sekarang terasa penuh
Aku tak mengira, ternyata ia tak marah
“ya, aku ingin!”
Dengan semangat aku segera menyiapkan konsentrasiku
Wajah sedih itu membuatku sedikit menyesal
“mawar,”
“mawar itu berbeda dengan yang lain, dan keberadaanya
sungguh sulit kujangkau”
“aku pergi, melewati banyak rintangan dan hampir mati.
Bahkan saat tiba ditempatnya, ribuan duri ingin menguliti tubuhku. Hadiahnya,
aku berhasil mendapatkannya”
“aku sungguh ingin menjaganya, aku telah menyiapkan vas yang
indah dan air yang bersih untuknya”
“aku membawanya dengan sangat hati-hati. Aku sangat senang,
saking senangnya aku menangis”
“setibanya dirumah, mawar itu telah mati mengering. Dan apapun
telah coba aku lakukan”
“hingga aku pergi lagi, dan merasa sakit lagi untuk
mengembalikan ia ketempatnya, tapi dia tetap mati”
Bibirnya setengah tersenyum,
Membuat jantungku berdetak cepat lagi, malah rasanya ingin
meledak
Aku tak berani membayangkan apa yang ada didalam hatinya
Kenapa harus ada senyuman?
Bukankah itu sungguh menakutkan?
Apa dia ingin menutupi kesedihannya, ataukah
Ia tersenyum karna kebodohannya saat itu?
Aku tak ingin masuk kedalam suasana gelap yang ia buat
“apa ceritanya hanya sesingkat itu?”
Aku berusaha merubah hati menjadi sedikit kesal padanya
Seakan aku tak cukup puas mendengar ceritanya yang
benar-benar singkat
Tapi, sesungguhnya aku paham, aku mengerti apa yang terjadi
Aku tak ingin, jika sekarang aku tak sengaja mengeluarkan
air mataku
‘hhehe.. iya memang”
“memang hanya segitu”
Ekspresinya kembali tenang,
Tatapannyapun kembali, memandangi api didalam perapian itu
Aku terpaku sangat lama disana
Ia pun juga tidak berbicara lagi
Campur aduk rasanya,
Aku berfikir jika aku tetap disini, aku hanya akan menambah
rasa sakit dihatinya
Aku berdiri, dan berbalik
“trimakasih,”
“telah mencintaiku”
Kemudian aku berjalan pergi dari ruangan itu
Aku tahu dia melihat kearahku
Akupun tahu ia memanggilku, suaranya samar hampir tak
terdengar
Tapi aku tak tahu itu benar suaranya, atau hanya fikiranku
saja
Aku berusaha menahan diri untuk tak menoleh kebelakang lagi
Sabtu, 07 Februari 2015
Bilang "Jancok" dianggap buruk?
MOHON MAAF BAGI YANG TIDAK BERKENAN
Jancok, Dancok, atau disingkat menjadi Cok (juga ditulis Jancuk atau Cuk, Ancok atau Ancuk). Tabu untuk diucapkan kan ya?.
Menurut Kamus Daring Universitas Gadjah Mada , “jancuk, jancok, diancuk, diancok, cuk, atau cok" memiliki makna “sialan, keparat, brengsek (ungkapan berupa perkataan untuk mengekspresikan kekecewaan atau bisa juga digunakan untuk mengungkapkan ekspresi keheranan pada suatu hal yang luar biasa)”.
Salah satu versi asal-mula kata “Jancuk” berasal dari Bahasa Arab kata Da’Suk. Da’ artinya “meninggalkanlah kamu”, dan assyu’a artinya “kejelekan”, digabung menjadi Da’Suk yang artinya “tinggalkanlah keburukan”. Kata tersebut diucapkan berubah logat menjadi “Jancok”.
Versi lain menyebutkan bahwa kata “Jancuk” berasal dari kata kerja “ngencuk”. Kata encuk merupakan bahasa Jawa yang memiliki arti “berhubungan badan”, terutama yang dilakukan di luar nikah, dalam bahasa inggris seperti "fuck". Kata tersebut akhirnya berubah menjadi “Dancuk” dan terakhir berubah menjadi “Jancuk” atau “Jancok”.
Sujiwo Tedjo mengatakan :
Gimana menurut kamu? Meskipun identik dengan emosi anarki, "Jancok" tidak selalu menjadi ungkapan yang kasar, tergantung maksud orang yang menggunakannya. Meski begitu, bukan brarti kita seenaknya ngomong "Joncak-Jancuk" sana sini. Nggak semua orang bisa terima sama perkataan seperti itu.
Harapan saya, janganlah dengan mudah mencerna jika seseorang yang mengatakan "Jancok" berarti memiliki lisan yang buruk. Pahami dulu sikon dan emosionalnya. Beberapa wilayah di Jawa menggunakannya sebagai simbol keakraban. Mungkin saja pelaku ingin mencoba akrab dengan kamu. Nah, untuk cerminan diri sendiri juga. Bila kamu tidak bisa menerima seseorang yang terbiasa menyisipkan kata "Jancok" dalam kalimatnya, janganlah kamu berkata kasar dengan orang lain.
Kamu membenci kata "Jancok" karna kamu anggap itu perkataan yang kasar. Berarti jika kamu berkata kasar pada orang lain, itu sama aja dengan kamu bilang "Jancok". Hhaha....
MOHON MAAF JIKA PERKATAAN SAYA TELAH MENYINGGUNG PERASAAN ANDA
Thanks For : http://id.wikipedia.org
Jancok, Dancok, atau disingkat menjadi Cok (juga ditulis Jancuk atau Cuk, Ancok atau Ancuk). Tabu untuk diucapkan kan ya?.
Menurut Kamus Daring Universitas Gadjah Mada , “jancuk, jancok, diancuk, diancok, cuk, atau cok" memiliki makna “sialan, keparat, brengsek (ungkapan berupa perkataan untuk mengekspresikan kekecewaan atau bisa juga digunakan untuk mengungkapkan ekspresi keheranan pada suatu hal yang luar biasa)”.
Salah satu versi asal-mula kata “Jancuk” berasal dari Bahasa Arab kata Da’Suk. Da’ artinya “meninggalkanlah kamu”, dan assyu’a artinya “kejelekan”, digabung menjadi Da’Suk yang artinya “tinggalkanlah keburukan”. Kata tersebut diucapkan berubah logat menjadi “Jancok”.
Versi lain menyebutkan bahwa kata “Jancuk” berasal dari kata kerja “ngencuk”. Kata encuk merupakan bahasa Jawa yang memiliki arti “berhubungan badan”, terutama yang dilakukan di luar nikah, dalam bahasa inggris seperti "fuck". Kata tersebut akhirnya berubah menjadi “Dancuk” dan terakhir berubah menjadi “Jancuk” atau “Jancok”.
Sujiwo Tedjo mengatakan :
- “Jancuk” itu ibarat sebilah pisau. Fungsi pisau sangat tergantung dari user-nya dan suasana psikologis si user. Kalau digunakan oleh penjahat, bisa jadi senjata pembunuh. Kalau digunakan oleh seorang istri yang berbakti pada keluarganya, bisa jadi alat memasak. Kalau dipegang oleh orang yang sedang dipenuhi dendam, bisa jadi alat penghilang nyawa manusia. Kalau dipegang orang yang dipenuhi rasa cinta pada keluarganya bisa dipakai menjadi perkakas untuk menghasilkan penghilang lapar manusia. Begitupun “jancuk”, bila diucapkan dengan niat tak tulus, penuh amarah, dan penuh dendam maka akan dapat menyakiti. Tetapi bila diucapkan dengan kehendak untuk akrab, kehendak untuk hangat sekaligus cair dalam menggalang pergaulan, “jancuk” laksana pisau bagi orang yang sedang memasak. “Jancuk” dapat mengolah bahan-bahan menjadi jamuan pengantar perbincangan dan tawa-tiwi di meja makan. (Sujiwo Tedjo, 2012, halaman x)
- Jancuk merupakan simbol keakraban. Simbol kehangatan. Simbol kesantaian. Lebih-lebih di tengah khalayak ramai yang kian munafik, keakraban dan kehangatan serta santainya “jancuk” kian diperlukan untuk menggeledah sekaligus membongkar kemunafikan itu. (Sujiwo Tejo, 2012 : 397)
Gimana menurut kamu? Meskipun identik dengan emosi anarki, "Jancok" tidak selalu menjadi ungkapan yang kasar, tergantung maksud orang yang menggunakannya. Meski begitu, bukan brarti kita seenaknya ngomong "Joncak-Jancuk" sana sini. Nggak semua orang bisa terima sama perkataan seperti itu.
Harapan saya, janganlah dengan mudah mencerna jika seseorang yang mengatakan "Jancok" berarti memiliki lisan yang buruk. Pahami dulu sikon dan emosionalnya. Beberapa wilayah di Jawa menggunakannya sebagai simbol keakraban. Mungkin saja pelaku ingin mencoba akrab dengan kamu. Nah, untuk cerminan diri sendiri juga. Bila kamu tidak bisa menerima seseorang yang terbiasa menyisipkan kata "Jancok" dalam kalimatnya, janganlah kamu berkata kasar dengan orang lain.
Kamu membenci kata "Jancok" karna kamu anggap itu perkataan yang kasar. Berarti jika kamu berkata kasar pada orang lain, itu sama aja dengan kamu bilang "Jancok". Hhaha....
MOHON MAAF JIKA PERKATAAN SAYA TELAH MENYINGGUNG PERASAAN ANDA
Thanks For : http://id.wikipedia.org
Label:
Sosial
Langganan:
Postingan (Atom)
Welcome
Delete this widget from your Dashboard and add your own words. This is just an example!